Prevalensi Depresi

Kehidupan kota besar, urban life, yang tampak gemerlap dengan pertumbuhan ekonominya yang pesat, ibarat lampu petromak bagi sekumpulan laron. Setiap tahun ribuan orang menyemut memadati kota besar. Namun berbagai masalah sosial yang kemudian dihadapi membuat masyarakat urban itu menjadi rentan terkena stres, frustasi berkepanjangan, dan masa bodoh. Gaya hidup urban dicirikan dengan berbagai tekanan. Jalan yang semakin macet, letak rumah yang semakin ke pinggiran, hunian yang makin padat, naiknya harga kebutuhan sehari-hari, persaingan antara anggota masyarakat yang ketat, dan rintangan seperti "pameran" kehidupan mewah di depan mata dan hanya dinikmati warga berkecukupan, membawa masyarakatnya pada satu kata : stres.

Prevalensi depresi di masyarakat cukup tinggi, berkisar 5-10 persen, perempuan dua kali lebih banyak dibandingkan pria. Selain terkait dengan gangguan kejiwaan, depresi juga berdampak pada kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan depresi mempengaruhi peningkatan mortalitas juga morbiditas pada pasien penyakit stroke, diabetes melitus, dan penyakit kardiovaskular. Depresi juga meningkatkan risiko bunuh diri, hampir 90% dari pasien depresi mengalami gangguan taraf sedang sampai berat dalam pekerjaan, rumah tangga atau pergaulan sosialnya. Penderita depresi juga beresiko tiga kali lipat kehilangan pekerjaan.

Dari sisi genetik, orang yang mempunyai bakat depresi akan lebih gampang menderita depresi bila ada stimulus. Jika faktor lingkungan muncul, misalnya, stres, kehilangan orang yang disayangi, penyalahgunaan obat, penyakit fisik (kronis), kehilangan pekerjaan, dan latar belakang sosial yang buruk, maka depresi lebih mudah muncul pada orang yang memiliki bakat depresi.

Menurut Irmansyah, risiko seseorang menderita depresi semakin besar bila kedua orangtuanya menderit
depresi, dibandingkan bila orangtua tidak menderita depresi. Survei pada orang yang mengalami depresi memperlihatkan bahwa anak-anak yang berasal dari orangtua yang menderita depresi sangat berisiko tinggi menderita depresi. Besarnya risiko berkisar 50 persen sampai 75 persen. Oleh karena itu, deteksi dini pada anak sangat diperlukan

Cara Mengendalikan Diri Sewaktu Depresi

Menjadi korban perang? Dicampakkan kekasih? Ditinggal mati orang terkasih? Dipecat dari pekerjaan? Tidak lulus ujian? Tidak jadi dipromosi? Kalah dalam sebuah kompetisi? Ditipu orang lain? Usaha bangkrut? Divonis dokter terkena penyakit parah? Dililit hutang berkepanjangan? Berkali-kali gagal mendapat pekerjaan?..
Tak ada seorang pun yang ingin mengalami hal-hal menyedihkan seperti tersebut di atas, yang membuat bumi tempat kita berpijak seakan mau runtuh. Namun nasib manusia yang bergulir seperti roda, tidak selalu berada di atas. Suatu saat, sebagai manusia biasa, bisa saja kita berada pada titik emosi yang paling rendah. Pada saat ini kita bisa saja merasa bahwa kita tidak punya kekuatan untuk keluar dari masalah. Kita juga merasa takut menghadapi risiko yang mungkin timbul. Sebagian dari kita mungkin ingin lari ke obat penenang, minuman keras, ataupun usaha bodoh lainnya untuk terbebas dari rasa depresi. Stop, jangan lakukan hal sia-sia tersebut, karena para ahli telah menemukan solusi bagi penderita depresi tanpa menggunakan obat penenang. Ingin tahu rahasianya? Olahraga Kathryn Lance, penulis buku Running for Health and Beauty mengemukakan bahwa senam merupakan upaya yang efektif untuk mengatasi depresi. Pendapat ini didukung sepenuhnya oleh para peneliti yang menemukan manfaat olahraga, terutama yang dapat memperlancar sirkulasi darah dan oksigen dalam tubuh, misalnya: lari, bersepeda, jalan cepat, dan berenang. Menurut para ahli kesehatan, jika emosi sedang pada posisi terendah, penderita dianjurkan untuk berolahraga selama 20 menit untuk tiap sesi dan dilakukan kurang lebih tiga kali dalam seminggu. Atau, jika kita senang beraktivitas di alam terbuka, kita bisa mencoba melakukan olahraga berkuda, hiking, ataupun naik gunung. Pemandangan alam di alam terbuka, bisa membantu menenangkan pikiran. Kegiatan Selain olahraga, penderita depresi juga dianjurkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengalihkan fokus perhatian mereka dari masalah kepada hal-hal lain yang menyenangkan dan dapat memberi efek ketenangan. Jika kita senang menghasilkan karya seni, misalnya: melukis, mengambil foto, menggambar, membatik, membuat patung, membuat barang-barang dari keramik; gunakan bakat ini untuk menyalurkan perasaan-perasaan negatif, dan menimbulkan ketenangan. Jika kita senang menulis, curahkan kesedihan kita pada puisi, surat, ataupun artikel yang bisa kita tulis. Kita juga dianjurkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain yang tidak berfokus pada diri sendiri, melainkan pada orang lain, misalnya: membantu orang lain menyelesaikan tugas mereka, menghibur orang lain, merawat orang lain (misalnya: orang-orang yang sakit, yang sudah tua atau anak-anak terlantar), ataupun membagikan ilmu dan keterampilan pada orang lain. Jika kita berhasil membuat orang lain tersenyum, rasa bahagia tersebut biasanya akan menular juga pada kita, selain itu kita juga merasa bahwa hidup kita tidak sia-sia karena masih bisa berguna bagi orang lain. Pertanyaan Andrew Matthews dalam bukunya Being Happy memberikan ilustrasi yang menarik tentang pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa depresi: Ada seorang pria yang menelepon Dr. Robert Schuller. Pria tersebut bertanya pada sang dokter, ”Segalanya telah berakhir bagi saya. Saya telah kehilangan seluruh uang saya. Saya telah kehilangan segalanya.” Sang dokter pun kemudian bertanya, ”Apakah Anda masih bisa melihat? Apakah Anda masih bisa mendengar? Apakah Anda masih bisa berjalan? Karena Anda sedang bicara di telepon dengan saya, sudah jelas Anda masih bisa mendengar dan berkata-kata.” Semua pertanyaan tersebut dijawab sang pria dengan, ”Ya.” Lalu Dr. Schuller berkata dengan tegas, ”Rasanya Anda tidak kehilangan segalanya. Anda masih memiliki banyak hal. Jadi, Anda hanya kehilangan uang Anda.” Pertanyaan-pertanyaan ini pada intinya menggugah kita untuk berpikir positif dan menghargai hal-hal lain yang masih kita miliki. Orang Lain Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, begitu kata pepatah. Nasihat nenek moyang yang sering kita dengar ini juga bisa kita terapkan, yaitu dengan berbagi kepedihan kita pada orang lain yang kita percaya: orang tua, kakak atau adik, sahabat, pasangan hidup atau psikolog dan tenaga profesional yang khusus menangani masalah seperti ini. Dengan berbagai perasaan, beban perasaan yang kita tanggung akan terasa lebih ringan. Namun, tidak selamanya hal ini bisa kita lakukan. Mungkin saja, ketika diperlukan, orang tempat kita berbagi sedang sakit, sedang melakukan kegiatan lain sehingga tidak bisa dihubungi, ataupun sedang keluar kota. Jika hal ini yang kita hadapi, jangan putus asa dulu. Kita masih bisa berbagai rasa dengan buku harian ataupun sekedar secarik kertas, tentunya dengan menuliskan semua kekesalan ataupun kesedihan kita. Kita bisa juga berbicara dan merekamnya di tape recorder. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan perasaan tertekan dari dalam hati kita, sehingga kita menjadi lebih lega. Makanan Catherine Houck dalam artikelnya, How To Beat A Bad Mood, yang dicetak kembali dalam versi ringkas di Reader’s Digest menuliskan banyak cara, salah satunya adalah makanan. Menurut Houck, para ahli menganjurkan penderita depresi untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat (misalnya: roti, nasi, kentang, makanan yang mengandung tepung jagung). Karbohidrat dipercaya dapat menstimulasi otak untuk memproduksi serotonin yang dapat membuat kita merasa lebih tenang dan lebih rileks. Jenis makanan lain yang dianjurkan adalah protein, antara lain yang terdapat dalam ikan, ayam, dan daging sapi. Protein dianggap dapat memulihkan daya kerja otak, sehingga kita menjadi lebih segar dan lebih bergairah dalam menjalani hidup ini. Yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi adalah segala sesuatu yang mengandung kafein tinggi, karena zat ini dapat meningkatkan rasa depresi dan kecemasan pada sebagian orang. Warna Psikolog yang mengkhususkan diri membahas pengaruh warna, Patricia Szczerba, menyarankan untuk memilih warna-warna yang tepat untuk mengendalikan perasaan kita. Jika sedang marah, tegas, atau cemas yang berlebihan, sebaiknya kita memilih warna-warna netral dan warna-warna muda (biru muda, hijau muda) yang dapat memberikan ketenangan, dan menghindari warna merah, yang dapat meningkatkan kecemasan. Jika sedang pada titik emosi terendah (depresi, sedih), hindari warna-warna gelap dan tua (hitam, biru tua) yang bisa menyebabkan kita merasa lebih tenggelam dalam kesedihan, dan kelilingi diri kita dengan warna-warna cerah yang membawa keceriaan. Musik Yang juga dianggap efektif oleh para ahli untuk menghilangkan rasa sedih adalah musik. Carol Merle-Fishman, salah satu penulis buku The Music Within You mengemukakan bahwa jika kita sedang marah, kita dianjurkan untuk mendengarkan musik-musik dengan ritme tinggi, dan jika sedang sedih, mendengarkan musik-musik melankolis. Jadi, musik yang kita pilih disesuaikan dengan perasaan yang sedang kita alami. Tujuannya adalah untuk menetralisasi perasaan negatif tersebut dengan ritme musik yang sesuai. Setelah itu, barulah kita bisa mendengarkan musik-musik yang lebih ceria (jika sedang sedih), atau yang lebih lembut (jika sedang marah). Tentu saja, selain mendengarkan musik, kita juga bisa memainkan alat musik yang kita kuasai. Dengan memainkan alat musik, kita bisa mendapat manfaat tambahan, yaitu menyalurkan kesedihan ataupun kecemasan kita pada kegiatan memainkan alat musik tersebut. Jadi, jika bumi tempat Anda berpijak seperti mau runtuh, Anda tidak perlu bingung, ataupun terjebak melakukan hal-hal yang sia-sia yang mungkin malah akan memperburuk suasana. Cobalah menerapkan usulan-usulan para ahli di atas. Siapa tahu ada yang cocok untuk Anda

Gangguan Alam Perasaan :depresi

Menurut seorang ilmuwan terkemuka yaitu Phillip L. Rice (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Definisi lain mengatakan bahwa depresi merupakan suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang menahun mencakup terdapatnya gangguan alam perasaan yang depressif (tertekan), hilangnya minat atau rasa senang dalam semua segi kegiatan kehidupan, termasuk lenyapnya semangat melakukan semua aktifitas yang disenangi dalam waktu senggangnya. Kondisi gangguan ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu.

    TIPE GANGGUAN ALAM PERASAAN

    Secara garis besar, tipe gangguan dapat diklasifikasikan menjadi mood episode, depressive disorder, dan bipolar disorders (Yosep, 2007)

  1. Mood Episode

    a. Mayor depressive episode

      pada tipe ini, terdapat 5 atau lebih gejala-gejala yang ditampilkan selama periode 2 minggu dan menampilkan perubahan fungsi sebelumnya. Adapun tanda-tanda secara lengkap adalah sebagai berikut:

      - Perasaan depresif lebih banayk dalam sehari, hampir setiap hari yang diindikasikan berdasarkan data subjektif atau hasil observasi.

      - Menurunnya secara nyata minat terhadap kesenangan, hampir semua aktivitas dalam sehari atau hampir setiap hari.

      - Kehilangan berat badan yang berarti meskipun tidak diet.

      - Kesulitan tidur (insomnia)

      - terjadi peningkatan aktivitas psikomotor atau perlambatan motorik hampir setiap hari.

      - Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.

      - Perasaan-perasaan tidak berharga atau berlebihan atau perasaan berdosa yang berlebihan hampir setiap hari.

      - Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau perasaan ragu-ragu hampir setiap hariterus-menerus berpikir tentang kematian, berulangnya ide-ide untuk bunuh diri.

b. Manic Episode

Pada tipe ini, ditandai dengan periode agngguan yang nyata dan peningkatan secara menetap, mood mudah terangsang selama 1 minggu. Selama periode gangguan, 3 atau lebih gejala berikut telah menetap dan telah nampak dalam tingkat yang berarti:

  • Melambungnya harga diri

  • Menurunnya kebutuhan untuk tidur

  • Lebih banayk bicara dibanding biasanya

  • flight of ideas

  • perhatian yang mudah teralih

  • peningkatan perilaku

  • keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang berpotensi untuk mengakibatkan cedera.

  1. Depressive disorders

    a. Mayor Depressive Disorders

      Dapat berupa episode berulang atau episode tunggal. Hal ini dapat juga memiliki gambaran khusus seperti adanya penampilan diam melamun (catatonic) atau melankolik atau menyertai kejadian postpartum.

    b. Dysthymic disorder

      Dikenal dengan Depresi Neurosis, yang ditandai dengan mood yang terdepresi dalam sebagain besar hari.

  2. Bipolar Disorders

    a. Bipolar Disorders

      klien dengan tipe bipolar mendemonstrasikan kekuatan, meluap-luap dan menggambarkan siklus irama mood. Bentuk yang ditemukan dalam tipe gangguan mental ini adalah kapanpun mengalami keadaan meluap-luap selama waktu satu mingu atau satu bulan.

    b. Cyclothymic Disorders

      Individu dengan kelainan ini cenderung untuk mengalami irama mood diantara keriangan dan depresif.

Referensi

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

http://www.e-psikologi.com/masalah/depresi-1.htm (diakses tanggal 22 April 2008)

http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=910&tbl=artikel (diakses tanggal 22 April 2008)

by: kelompok 3 ^_^'

Gangguan Tidur Psikosomatis

Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang memiliki fungsi perbaikan dan homeostatik (mengembalikan keseimbangan fungsi-fungsi normal tubuh) serta penting pula dalam pengaturan suhu dan cadangan energi normal. Tidur disertai oleh berbagai perubahan fungsi tubuh normal, termasuk di dalamnya pernapasan, jantung, otot, suhu badan, hormonal dan tekanan darah. Sebenarnya tidur adalah suatu keadaan organisme yang teratur, berulang dan mudah dibalikkan (dibangunkan) yang ditandai oleh keadaan tubuh yang relatif tidak bergerak dan "kurang responsif" (ambang respon tubuh meningkat) dibandingkan waktu terjaga. Saat seseorang jatuh tertidur, gelombang otaknya mengalami perubahan karakteristik tertentu yang dapat dicatat melalui suatu alat yang dikenal dengan nama Elektroensefalografi (EEG).

Tidur terdiri dari dua keadaan fisiologis, yaitu tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM) dan tidur dengan gerakan mata cepat (REM). Pada orang normal, tidur NREM adalah keadaan yang relatif tenang tidak terjaga, kecepatan denyut jantung biasanya lebih lambat 5 sampai 10 menit di bawah tingkat terjaga penuh dan sangat teratur.

Gangguan-gangguan tidur dapat terdeteksi dengan melihat hasil rekaman EEG seseorang dan membandingkannya dengan keadaan normal. Frekuensi pernapasan dan tekanan darah juga mengalami penurunan. Sedangkan pada periode REM, pencatatan EEG mirip dengan pola saat terjaga dan cenderung tidak beraturan. Pola REM ini akan tercatat pada saat orang yang bersangkutan sedang bermimpi.

Pola tidur berubah sepanjang kehidupan seseorang. Pada masa bayi baru lahir (neonatal), tidur REM mewakili lebih dari 50% waktu tidur total dimana bayi tidur kira-kira 16 jam sehari dengan periode terjaga yang singkat. Pada usia 4 bulan, pola berubah sehingga presentasi total tidur REM turun sampai kurang dari 40%. Pada stadium dewasa muda, stadium tidur berubah dengan proporsi REM 25% dan NREM 75%.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa peristiwa tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon antara lain serotonin, asetilkolin dan dopamin yang saling berinteraksi dalam menidurkan dan membangunkan seseorang. Beberapa orang secara normal adalah petidur yang normal yang memerlukan tidur kurang dari enam jam setiap malam dan yang berfungsi secara adekuat. Petidur lama adalah mereka yang tidur lebih dari sembilan jam setiap malamnya untuk dapat berfungsi secara adekuat. Periode kekurangan tidur yang lama kadang-kadang menyebabkan disorganisasi ego, halusinasi bahkan waham.

Tidur dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud disini adalah irama biologis tubuh, dimana dalam periode 24 jam, orang dewasa tidur sekali, kadang 2 kali. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh siklus terang gelap, rutinitas harian, periode makan, dan penyelaras eksternal lainnya. Faktor-faktor inilah yang membentuk siklus 24 jam.

Gangguan tidur merupakan suatu permasalahan yang banyak dialami, terutama di negara-negara maju yang kaya akan rutinitas. Gejala utama yang menandai gangguan tidur adalah insomnia, hipersomnia dan parasomnia.

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Keadaan ini adalah keluhan tidur yang paling sering, dapat bersifat sementara maupun persisten. Periode singkat insomnia paling sering berhubungan dengan kecemasan, baik yang berhubungan dengan pengalaman yang mencemaskan atau dalam menghadapi suatu pengalaman yang menimbulkan kecemasan (misalnya peristiwa kedukaan, atau akan menghadapi persidangan).

Insomnia persisten adalah jenis yang cukup sering, gangguan ini terdiri dari sekelompok kondisi di mana masalah yang paling sering adalah kesulitan untuk jatuh tertidur dan melibatkan dua masalah yaitu ketegangan dan kecemasan dan suatu respon asosiatif yang terbiasakan. Mereka mungkin tidak mengalami kecemasan itu sendiri tetapi selalu mengeluhkannya seolah-olah hal tersebut memang sedang terjadi sehingga mengganggu tidur mereka. Ada pula insomnia yang melibatkan penggunaan obat-obat tertentu atau penyakit organik tertentu yang mengganggu sistem tubuh. Pengobatan untuk kasus-kasus insomnia biasanya dimulai dengan penghilangan kebiasaan (pindah tempat tidur, menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur, dll) jika tidak berhasil dapat diobati dengan obat-obat golongan hipnotik (konsultasi dengan psikiater). Perlu disadari bahwa insomnia merupakan gangguan tidur yang sulit diatasi dan perlu kesabaran dalam terapi.

Hipersomnia bermanifestasi sebagai jumlah tidur yang berlebihan dan mengantuk yang berlebihan di siang hari. Mengantuk berlebihan di siang hari ini harus dibedakan dengan mengantuk karena kelelahan fisik akibat bekerja terlalu keras. Gangguan ini dikenal sebagai narkolepsi dimana pasien tidak dapat menghindari keinginan untuk tidur. Dapat terjadi pada setiap usia tetapi paling sering pada awal remaja atau dewasa muda. Narkolepsi dapat berbahaya karena sering menyebabkan kecelakaan kendaraan bermotor dan industri. Terapi yang dianjurkan adalah memaksakan diri untuk tidur (walau sebentar) di siang hari sampai gejala hilang. Jika tidak sembuh, dapat dibantu dengan obat-obatan (harap konsultasi ke psiakiater).

Parasomnia merupakan fenomena gangguan tidur yang tidak umum dan tidak diinginkan yang tampak secara tiba-tiba selama tidur atau yang terjadi pada ambang antara terjaga dan tidur. Paling sering muncul dalam bentuk mimpi buruk yang ditandai dengan mimpi lama dan menakutkan. Seperti halnya mimpi lainnya, mimpi buruk juga terjadi pada fase REM. Pengobatan spesifik tidak diperlukan, namun pemberian obat-obat yang menekan tidur REM seringkali dapat bermanfaat. Ada juga keadaan yang disebut gangguan teror tidur dimana pasien terjaga dalam pada bagian pertama malam hari selama tidur nonREM yang dalam. Biasanya pasien terduduk di tempat tidur dengan ekspresi ketakutan, berteriak dengan keras, seperti sedang mengalami teror yang kuat.

Gangguan lain adalah gangguan tidur berjalan yang dikenal sebagai somnabulisme dimana pasien seringkali duduk dan melakukan tindakan motorik seperti berjalan, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berbicara bahkan mengemudikan kendaraan. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan dimulai pada usia 4-8 tahun. Pengobatan terdiri dari tindakan mencegah cedera dan pemberian obat tidur.

Insomnia dan Rahasia Tidur Nyaman

Gangguan sulit tidur alias insomnia, ya memang sangat mengganggu. Banyak orang mengatasinya dengan obat-obatan. Padahal upaya itu tidak dianjurkan, karena gangguan ini sebenarnya relatif mudah diatasi. Mengapa kita perlu tidur? Berapa jam idealnya orang dewasa tidur dalam semalam? Bagaimana kiat tidur yang nyaman? Sudah sebulan Rina mengeluh susah tidur. "Paling-paling saya tidur 1 - 2 jam dalam semalam. Itu pun kerap dihantui mimpi buruk," keluhnya. Padahal setiap hari ia harus bangun pagi dan pergi ke tempat kerja yang jauh dari rumah. Akibatnya, di tempat kerja ia sering mengantuk dan badan terasa lemas. Ilustrasi by Anton Tanpa berkonsultasi ke dokter, Rina mengambil inisiatif minum obat tidur. Tidurnya memang jadi pulas, tapi ketika bangun badan terasa semakin lemas dan lesu. Dalam sebulan berat badannya turun sampai 3 kg, dan nafsu makannya berkurang. Seorang rekan kerjanya menduga, Rina terserang stres karena dituntut menguasai pekerjaan barunya. Sebagai karyawan baru masa percobaan tiga bulan harus ia jalankan sebaik-baiknya agar bisa diangkat sebagai karyawan tetap. Cemas atau sakit Dalam terminologi kedokteran atau psikologi gangguan yang dihadapi Rina bisa digolongkan sebagai insomnia. Tapi penyebabnya sebenarnya sangat beragam. Bisa karena soal sepele, bisa soal besar. Karena itu bila orang terserang insomnia (in = tidak; sommus = tidur), hendaknya diteliti penyebabnya untuk ditangani sesuai penyebabnya. Menurut dr. W.M. Roan, psikiater dari RS Ongkomulyo, Jakarta, tubuh yang terasa kurang sehat akibat menderita sakit sistemik (sakit tubuh menyeluruh) atau nyeri hebat lokal, membuat penderita akan gelisah tidurnya. Gangguan jiwa, ringan sampai berat pun, acap kali melahirkan insomnia. Itu jenis insomnia sekunder. Kalau penyebabnya faktor psikologis atau depresi dinamai insomnia simpleks. Untuk mengetahui dengan tepat penyebab insomnia, harus diteliti secara saksama: apakah penderita mengalami insomnia selama beberapa jam, ataukah seluruh malam tidak bisa tidur? Apakah di siang hari ia tidur? Gangguan insomia dapat dilacak dari cara hidup seseorang secara rutin sampai kehidupan malamnya. Seseorang yang mengeluh sulit tidur pada fase awal tidur malam hari, tambah Roan, dapat dikaitkan dengan gangguan cemas hebat. Bila insomnianya terjadi tengah malam - artinya waktu masuk tidurnya (pukul 21.00 - 22.00) mudah, tapi tengah malam (pukul 24.00 - 02.00) terbangun dan tidak bisa tidur lagi - menurut Roan, gangguan insomnia itu dapat dikaitkan dengan gangguan jiwa atau saraf yang lumayan berat. Bila terbangun di pagi buta (pukul 03.00 - 04.00), kemudian sulit tidur kembali, biasanya itu berkaitan dengan gangguan depresi berat. Sementara itu menurut Drs. Hartono Hdw., seorang apoteker, ada tiga jenis insomnia, yakni insomnia sementara, insomnia jangka pendek, dan insomnia kronis. Pada insomnia sementara, gangguan tidur hanya beberapa malam saja. Insomnia jangka pendek karena stres mendadak. Yang lebih berat dan lebih sulit diobati adalah insomnia kronis. Selain faktor depresi atau psikologis, bisa juga karena pengaruh minuman keras atau minuman yang banyak mengandung kafein, penyakit, pengaruh penggunaan obat tidur atau penenang dalam jangka lama, obat penurun tekanan darah tinggi golongan betablocker seperti atenolol, nadolol, propanolol, dsb. Belakangan sulit tidur juga dihubungkan dengan disorientasi waktu. Siklus tidur kacau karena jam biologik tidurnya juga kacau. Orang yang naik pesawat melampaui 6 - 7 zone waktu, biasanya akan mengalami sindrom jet-lag, mengalami gejala penurunan kesiagaan, insomnia, serta kelelahan tubuh. Orang yang mengadakan perjalanan dengan pesawat dari Timur ke Barat, meski lelah namun tidak selelah terbang dari arah sebaliknya. Mungkin tubuh kita harus siaga terus karena penerbangan dari Barat ke Timur banyak siang harinya, sehingga orang harus terus melek sambil menunggu tiba di tempat tujuan. Jet-lag dikatakan dapat ditanggulangi dengan melatonin. Sementara itu penerbangan dalam satu zone waktu, Jakarta - Bangkok - Beijing misalnya, tidak terasa melelahkan karena tetap berada dalam satu zone waktu, sama seperti kalau kita naik mobil di dalam kota. Bila penyebabnya faktor psikologis dan setelah lebih dari satu minggu tidak dapat diatasi sendiri, sebaiknya segera dikonsultasikan ke psikolog atau psikiater. Kalau karena penyakit tertentu, secepatnya diperiksakan ke dokter untuk diperiksa dan diobati penyakitnya. Mengobati sendiri dengan aneka obat penenang seperti Rina tidak dianjurkan. Sebab tindakan itu dikhawatirkan justru bisa berdampak negatif, misalnya jadi kecanduan obat tersebut, pikiran terganggu, pikun, gangguan organ tubuh, dll. Para ahli gizi memberi saran agar penderita insomnia sehari-hari mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung tembaga (2 mg), zat besi (10 - 15 mg), serta magnesium (400 mg). Namun penderita gangguan jantung atau ginjal sebaiknya berkonsultasi ke dokter lebih dulu. Otak dan otot saling merangsang Gangguan insomnia menunjukkan betapa aktivitas tidur itu penting. Sebab, "Semua orang memang perlu tidur (di malam hari) sesuai kebutuhan," komentar Joyse Walsleben, Ph.D., psikolog asal AS. "Kalau tidak, otak akan menyuruh kita tidur di siang hari." Normalnya, seorang dewasa membutuhkan waktu tidur 7 - 8 jam semalam. Para lansia sering kurang dari itu. Tidak heran, kurang tidur dalam semalam saja terasa kurang segar, apalagi selama sebulan seperti dialami Rina. Dengan tidur sebenarnya sesorang melakukan pembersihan diri dari "sampah penyebab kelelahan". Mengutip penelitian para ahli kimia, dr. P. Carbone dari AS mengungkapkan, dalam sehari produk "sampah" yang berasal dari seluruh kegiatan otot tubuh - sebagian besar terdiri atas dioksida dan asam laktat - menumpuk dalam darah dan mempunyai efek toksik pada saraf, menyebabkan rasa lelah dan mengantuk. Selama tidur "sampah" ini dimusnahkan, sehingga saat bangun tubuh terasa segar. Namun puncak rasa segar, menurut para ahli tadi, baru dirasakan dua jam sesudahnya. Dr. Roan menambahkan, rasa kantuk berkaitan erat dengan hipotalamus dalam otak. Dalam keadaan badan segar dan normal, hipotalamus ini bekerja baik sehingga mampu memberi respons normal terhadap perubahan tubuh maupun lingkungannya. Namun, setelah badan lelah usai bekerja keras seharian, ditambah jam rutin tidur serta sesuatu yang bersifat menenangkan di sekelilingnya, seperti suara burung berkicau, angin semilir, kasur dan bantal empuk, udara nyaman, dll., kemampuan merespons tadi berkurang sehingga menyebabkan seseorang mengantuk. Sebenarnya tidur tidak sekadar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak, khususnya serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang digunakan untuk mengingat, memvisualkan serta membayangkan, menilai dan memberikan alasan sesuatu. Tes yang pernah dilakukan terhadap beberapa ratus pria yang bersedia menjadi sukarelawan untuk tidak tidur selama berhari-hari menunjukkan, setelah 4 - 8 hari, memang tidak terjadi kemerosotan fisik yang berarti. Namun dalam 24 jam saja tidak tidur, gejala gangguan mental serius sudah terlihat, seperti cepat marah, memori hilang, timbul halusinasi, ilusi, dll. Meski begitu, dengan tidur kembali keesokan harinya semua gangguan itu hilang. Malah ada ahli menyatakan, mendingan orang tidak makan dan minum daripada tidak tidur. Tes laboratorium pada hewan menunjukkan, mereka bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum sampai 20 hari, tapi tidak tidur hanya bertahan tidak lebih dari lima hari. Sejumlah ahli yang memonitor aktivitas tubuh menuju tidur menambahkan, saat tidur pikiran dan otot-otot kita saling merangsang. Ketegangan otot menyebabkan korteks terus aktif sedangkan ketegangan otak menyebabkan otot terus aktif. Kelelahan akan mengurangi irama kerja otot, demikian juga di kala beristirahat, sehingga semua ini akan menurunkan kegiatan dalam korteks. Menurunnya aktivitas dalam korteks akan membiarkan otot-otot kita semakin rileks. Begitu rangsangan antara pikiran dan otot menurun, kita akan mengantuk lalu tertidur. Selagi tidur, jantung kita akan berdetak lebih lamban, tekanan darah menurun, dan pembuluh-pembuluh darah melebar. Suhu badan turun sekitar 0,5oF (… ? oC) tetapi perut dan usus tetap bekerja. Sementara tidur, tubuh sekali-kali bergerak. Gerakan sebanyak 20 - 40 kali masih dianggap normal. Terganggu insomnia berarti kerja pikiran dan otot tidak berjalan seiring. Pikiran kita akan sulit tertidur bila otot masih tegang. Sebaliknya, akan sulit bagi otot untuk tertidur jika pikiran masih terjaga, tegang, dsb. Menurut Roan, dikatakan sehat dan normal bila begitu naik ke atas tempat tidur dengan tatanan rapi, bantal enak dan empuk, kurang lebih selang 30 menit sudah tertidur, bahkan ada orang begitu mencium bantal dalam 3 - 5 menit langsung tertidur. Gerak bola mata cepat "Tidur itu ada stadiumnya, tidur dangkal dan tidur dalam," kata Roan. Saat mulai tertidur hingga sekitar 1 - 1,5 jam kemudian, stadium tidur dangkal berubah menjadi dalam. Saat mencapai tidur dangkal kedua kalinya, bola mata tampak bergerak cepat (rapid eye movement sleep = REM Sleep). Ini berlangsung selama 15 - 20 menit, kemudian masuk lagi ke stadium tidur yang lebih dalam. Setelah lewat 1 - 2 jam, timbul kembali tidur REM tahap 2, yang berlangsung 15 - 20 menit. Selama 7 - 8 jam tidur bisa 4 - 5 kali tidur REM. Tidur REM beberapa kali harus terjadi selama tidur. Kalau tidak, tidur berikutnya akan kacau. Seandainya selama dua minggu selalu terbangun atau dibangunkan dalam stadium tidur REM, dua minggu berikutnya badan menuntut tidur REM lebih banyak atau sering mengantuk. Kalau dalam keadaan normal tidur REM hanya 25% dari seluruh tujuh jam tidur, bila selama dua minggu terganggu, membutuhkan sampai 65%. Tidur REM ini memberikan ciri beberapa gangguan jiwa tertentu. Seseorang yang depresi, tidur REM yang 4 - 5 kali selama 7 jam, bergeser lebih dekat dengan awal tidur. Pada lansia, tidur REM bergeser dekat pagi hari. Saat tidur terjadi pula perubahan gelombang listrik otak. Kalau dalam keadaan siaga (melek), frekuensi gelombang otaknya tinggi. Dalam keadaan istirahat dan memejamkan mata, otak mengeluarkan gelombang alfa dengan frekuensi 8 - 13 Hz. Menuju stadium tidur lebih dalam, gelombang otak akan memperlambat diri, menjadi 3-7 Hz. Gelombang ini disebut gelombang theta. Selanjutnya, bila tidur sangat dalam, timbul gelombang delta, 1 - 4 Hz. Menurut beberapa peneliti, semakin banyak gelombang kecil per detiknya, semakin lelap dan tenang tidur seseorang. Di kalangan penggemar meditasi, gelombang delta justru dicari karena membawa ketenangan sangat tinggi. Bila terjadi sebaliknya, tidur akan kurang lelap. Betapapun masalah yang dihadapi seseorang, usahakan untuk mengatasinya sendiri tanpa bantuan obat. Misalnya, untuk membantu mengusir pemicu stres, ambillah selembar kertas, tuliskan masalahnya sebelum naik ke tempat tidur. Kalau Anda membawa pekerjaan kantor ke rumah, singkirkan pekerjaan beberapa jam sebelum jam tidur. Kalau masalah belum teratasi, tenangkan pikiran, bawalah tidur masalah Anda. Keesokan harinya, di kala pikiran lebih terang dan tubuh lebih segar, masalah akan lebih mudah teratasi. Percayalah! (Nanny Selamihardja) dikutip dari:http://www.indomedia.com/intisari/1997/november/insomnia.htm

Senjata Tidur Nyenyak

Tidur adalah proses yang sangat diperlukan oleh manusia karena dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Seseorang yang mengalami kesulitan untuk tidur dengan nyenyak atau bahkan tidak bisa tidur sama sekali, akan merasa kelelahan dan kesulitan melakukan aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang akan mengupayakan agar dirinya dapat tidur secara optimal.

Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat dilakukan untuk memperoleh tidur yang nyenyak:

  • Mandi air hangat sebelum tidur. Dengan mandi air hangat sebelum tidur, akan membantu merelaksasi tubuh sehingga menurunkan ketegangan otot. Untuk beberapa kondisi, hal ini tidak dianjurkan, seperti pada penderita rheumatic.

  • Pijatan. Pijatan di seluruh tubuh atau pijatan di area rawan pegal seperti pundak dan tengkuk sangat bermanfaat merilekskan otot yang tegang yang berpengaruh pada kondisi otak dan merangsang kantuk.

  • Tidur pada waktu yang tetap setiap harinya. Jadwal tidur/bangun yang tidak teratur dapat menyebabkan insomnia pada beberapa orang.

  • Hindari tidur siang/sore yang berlebihan. Hal ini dapat membuat seseorang terjaga pada malam hari.

  • Menghindari konsumsi akohol menjelang tidur

  • Hindari merokok sebelum tidur

  • Membaca novel ringan

  • Jangan makan berat 2-3 menjelang tidur

  • Tidur di ruangan yang gelap dan tenang

  • Minum segelas susu hangat sebelum tidur

  • Mendengarkan musik. Dalam hal ini tentunya musik soft dan easy listening yang membantu menenangkan pikiran dengan volume rendah.

  • Aturlah lingkungan kamar tidur secara efektif dan efisien, termasuk lamputidur yang memenuhi syarat. Sebab kondisi lingkungan tertentu, seperti suara bising, lampu sangat terang, akan mengganggu konsentrasi tidur.

  • Perhatikan higienitas tidur, seperti cuci muka, cuci kaki, dan kebersihanlainnya. Hal ini akan membuat seseorang merasa nyaman sehingga dapat tidur dengan nyenyak.

  • Mulailah makan ataupun minum secara wajar baik dari kualitas, kuantitas, ataupun waktunya. Hindari makan terlalu kenyang atau terlalu sedikit, karenahal tersebut akan menyebabkan perut merespons secara tidak normal.

  • Hindari mengkonsumsi secara berlebihan sayuran yang mengandung gas, seperti brokoli dan kembang kol. Perut yang penuh dengan gas rupanya dapat membuat kita sulit memejamkan mata di malam hari.

  • Hindari mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan. Makanan pedas tersebut dapat menimbulkan rasa panas dalam perut dan membuat pencernaan terganggu. Hindari juga MSG, karena ternyata dapat memicu mimpi buruk.

  • Hindari mengkonsumsi barang-barang terlarang, semacam minuman keras, narkotika, dan sebagainya. Sebab hal tersebut akan mengganggu fungsi organ tubuh dan persarafan secara normal.

  • Cek ke dokter apabila insomnia berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini sangat penting untuk mendeteksi apakah yang bersangkutan memiliki gangguan penyakit fisik yang berdampak terhadap gangguan tidur. Sebab sebagaimana dikatakan di atas bahwa terdapat penyakit fisik tertentu yang menyebabkan gangguan insomnia. Jika demikian adanya maka pengobatan dilakukan dengan terapi fisik. Kalo gangguan lebih ke arah psikologis maka hadapilah dokter ahli jiwa.

  • Jangan pernah menggunakan obat tidur tanpa anjuran dokter. Jika hal ini dilakukan maka justru insomnia akan tetap resistan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa kalangan terapis justru senantiasa berusaha menghindari penggunaan obat-obatan. Sebab, pemakaian obat tidur seringkali hanya sebagai pereda sementara, sehingga jika habis waktu berlakunya maka yang bersangkutan akan kembali insomnia. Referensi:

Alin. 2008. Mengenali dan melawan insomnia. Available at

http://alinananty.wordpress.com/gangguan-tidur-insomnia

http://www.rileks.com/lifestyle/?act=detail&artid=31102006117783

http://www.medicastore.com/nutracare/isi_calm.php?isi_calm=gangguan_tidur

http://jawaban.com/news/health/detail.php?id_news=080415100607

bY: Kelompok 3 ^_^'

Tidur dan Peranan neurotransmitter

TIDUR FISIOLOGIS Tidur adalah proses yang amat diperlukan oleh manusia untuk terjadinya pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisma dan biokimiawi tubuh. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Hal penting yang terjadi pada saat kita tidur adalah menurunnya frekuensi gelombang otak. Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state. Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu: 1. Tipe Rapid Eye Movement (REM) 2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM) Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa. Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu: 1. Tidur stadium Satu. Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K. 2. Tidur stadium dua Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K. 3. Tidur stadium tiga Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep spindle. 4. Tidur stadium empat Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awall tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut: - NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium 4 : 13% - REM; 25 %. PERANAN NEUROTRANSMITER Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik. • Sistem serotonergik Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadikeadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM. • Sistem Adrenergik Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergic akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga. • Sistem Kholinergik Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan penurunan REM. • Sistem histaminergik Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur. • Sistem hormon Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas menagtur mekanisme tidur dan bangun. Referensi: Japardi, Iskandar. 2002. Gangguan tidur. Available at http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi12.pdf (diakses tanggal 21 April 2008) Prijaksono, Aribowo., Sembel, Roy. 2002. Mengatasai insomnia. Available at http://www.sinarharapan.com/ (diakses tanggal 21 April 2008) bY: kelompok 3..^_^’