Prevalensi Depresi
Kehidupan kota besar, urban life, yang tampak gemerlap dengan pertumbuhan ekonominya yang pesat, ibarat lampu petromak bagi sekumpulan laron. Setiap tahun ribuan orang menyemut memadati kota besar. Namun berbagai masalah sosial yang kemudian dihadapi membuat masyarakat urban itu menjadi rentan terkena stres, frustasi berkepanjangan, dan masa bodoh. Gaya hidup urban dicirikan dengan berbagai tekanan. Jalan yang semakin macet, letak rumah yang semakin ke pinggiran, hunian yang makin padat, naiknya harga kebutuhan sehari-hari, persaingan antara anggota masyarakat yang ketat, dan rintangan seperti "pameran" kehidupan mewah di depan mata dan hanya dinikmati warga berkecukupan, membawa masyarakatnya pada satu kata : stres.
Prevalensi depresi di masyarakat cukup tinggi, berkisar 5-10 persen, perempuan dua kali lebih banyak dibandingkan pria. Selain terkait dengan gangguan kejiwaan, depresi juga berdampak pada kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan depresi mempengaruhi peningkatan mortalitas juga morbiditas pada pasien penyakit stroke, diabetes melitus, dan penyakit kardiovaskular. Depresi juga meningkatkan risiko bunuh diri, hampir 90% dari pasien depresi mengalami gangguan taraf sedang sampai berat dalam pekerjaan, rumah tangga atau pergaulan sosialnya. Penderita depresi juga beresiko tiga kali lipat kehilangan pekerjaan.
Dari sisi genetik, orang yang mempunyai bakat depresi akan lebih gampang menderita depresi bila ada stimulus. Jika faktor lingkungan muncul, misalnya, stres, kehilangan orang yang disayangi, penyalahgunaan obat, penyakit fisik (kronis), kehilangan pekerjaan, dan latar belakang sosial yang buruk, maka depresi lebih mudah muncul pada orang yang memiliki bakat depresi.
Cara Mengendalikan Diri Sewaktu Depresi
Gangguan Alam Perasaan :depresi
Menurut seorang ilmuwan terkemuka yaitu Phillip L. Rice (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Definisi lain mengatakan bahwa depresi merupakan suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang menahun mencakup terdapatnya gangguan alam perasaan yang depressif (tertekan), hilangnya minat atau rasa senang dalam semua segi kegiatan kehidupan, termasuk lenyapnya semangat melakukan semua aktifitas yang disenangi dalam waktu senggangnya. Kondisi gangguan ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu.
-
Mood Episode
a. Mayor depressive episode
pada tipe ini, terdapat 5 atau lebih gejala-gejala yang ditampilkan selama periode 2 minggu dan menampilkan perubahan fungsi sebelumnya. Adapun tanda-tanda secara lengkap adalah sebagai berikut:
- Perasaan depresif lebih banayk dalam sehari, hampir setiap hari yang diindikasikan berdasarkan data subjektif atau hasil observasi.
- Menurunnya secara nyata minat terhadap kesenangan, hampir semua aktivitas dalam sehari atau hampir setiap hari.
- Kehilangan berat badan yang berarti meskipun tidak diet.
- Kesulitan tidur (insomnia)
- terjadi peningkatan aktivitas psikomotor atau perlambatan motorik hampir setiap hari.
- Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
- Perasaan-perasaan tidak berharga atau berlebihan atau perasaan berdosa yang berlebihan hampir setiap hari.
- Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau perasaan ragu-ragu hampir setiap hariterus-menerus berpikir tentang kematian, berulangnya ide-ide untuk bunuh diri.
TIPE GANGGUAN ALAM PERASAAN
Secara garis besar, tipe gangguan dapat diklasifikasikan menjadi mood episode, depressive disorder, dan bipolar disorders (Yosep, 2007)
b. Manic Episode
Pada tipe ini, ditandai dengan periode agngguan yang nyata dan peningkatan secara menetap, mood mudah terangsang selama 1 minggu. Selama periode gangguan, 3 atau lebih gejala berikut telah menetap dan telah nampak dalam tingkat yang berarti:
-
Melambungnya harga diri
-
Menurunnya kebutuhan untuk tidur
-
Lebih banayk bicara dibanding biasanya
-
flight of ideas
-
perhatian yang mudah teralih
-
peningkatan perilaku
-
keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang berpotensi untuk mengakibatkan cedera.
-
Depressive disorders
a. Mayor Depressive Disorders
Dapat berupa episode berulang atau episode tunggal. Hal ini dapat juga memiliki gambaran khusus seperti adanya penampilan diam melamun (catatonic) atau melankolik atau menyertai kejadian postpartum.
b. Dysthymic disorder
Dikenal dengan Depresi Neurosis, yang ditandai dengan mood yang terdepresi dalam sebagain besar hari.
-
Bipolar Disorders
a. Bipolar Disorders
klien dengan tipe bipolar mendemonstrasikan kekuatan, meluap-luap dan menggambarkan siklus irama mood. Bentuk yang ditemukan dalam tipe gangguan mental ini adalah kapanpun mengalami keadaan meluap-luap selama waktu satu mingu atau satu bulan.
b. Cyclothymic Disorders
Individu dengan kelainan ini cenderung untuk mengalami irama mood diantara keriangan dan depresif.
Referensi
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
http://www.e-psikologi.com/masalah/depresi-1.htm (diakses tanggal 22 April 2008)
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=910&tbl=artikel (diakses tanggal 22 April 2008)
by: kelompok 3 ^_^'
Gangguan Tidur Psikosomatis
Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang memiliki fungsi perbaikan dan homeostatik (mengembalikan keseimbangan fungsi-fungsi normal tubuh) serta penting pula dalam pengaturan suhu dan cadangan energi normal. Tidur disertai oleh berbagai perubahan fungsi tubuh normal, termasuk di dalamnya pernapasan, jantung, otot, suhu badan, hormonal dan tekanan darah. Sebenarnya tidur adalah suatu keadaan organisme yang teratur, berulang dan mudah dibalikkan (dibangunkan) yang ditandai oleh keadaan tubuh yang relatif tidak bergerak dan "kurang responsif" (ambang respon tubuh meningkat) dibandingkan waktu terjaga. Saat seseorang jatuh tertidur, gelombang otaknya mengalami perubahan karakteristik tertentu yang dapat dicatat melalui suatu alat yang dikenal dengan nama Elektroensefalografi (EEG).
Tidur terdiri dari dua keadaan fisiologis, yaitu tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM) dan tidur dengan gerakan mata cepat (REM). Pada orang normal, tidur NREM adalah keadaan yang relatif tenang tidak terjaga, kecepatan denyut jantung biasanya lebih lambat 5 sampai 10 menit di bawah tingkat terjaga penuh dan sangat teratur.
Gangguan-gangguan tidur dapat terdeteksi dengan melihat hasil rekaman EEG seseorang dan membandingkannya dengan keadaan normal. Frekuensi pernapasan dan tekanan darah juga mengalami penurunan. Sedangkan pada periode REM, pencatatan EEG mirip dengan pola saat terjaga dan cenderung tidak beraturan. Pola REM ini akan tercatat pada saat orang yang bersangkutan sedang bermimpi.
Pola tidur berubah sepanjang kehidupan seseorang. Pada masa bayi baru lahir (neonatal), tidur REM mewakili lebih dari 50% waktu tidur total dimana bayi tidur kira-kira 16 jam sehari dengan periode terjaga yang singkat. Pada usia 4 bulan, pola berubah sehingga presentasi total tidur REM turun sampai kurang dari 40%. Pada stadium dewasa muda, stadium tidur berubah dengan proporsi REM 25% dan NREM 75%.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa peristiwa tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon antara lain serotonin, asetilkolin dan dopamin yang saling berinteraksi dalam menidurkan dan membangunkan seseorang. Beberapa orang secara normal adalah petidur yang normal yang memerlukan tidur kurang dari enam jam setiap malam dan yang berfungsi secara adekuat. Petidur lama adalah mereka yang tidur lebih dari sembilan jam setiap malamnya untuk dapat berfungsi secara adekuat. Periode kekurangan tidur yang lama kadang-kadang menyebabkan disorganisasi ego, halusinasi bahkan waham.
Tidur dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud disini adalah irama biologis tubuh, dimana dalam periode 24 jam, orang dewasa tidur sekali, kadang 2 kali. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh siklus terang gelap, rutinitas harian, periode makan, dan penyelaras eksternal lainnya. Faktor-faktor inilah yang membentuk siklus 24 jam.
Gangguan tidur merupakan suatu permasalahan yang banyak dialami, terutama di negara-negara maju yang kaya akan rutinitas. Gejala utama yang menandai gangguan tidur adalah insomnia, hipersomnia dan parasomnia.
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Keadaan ini adalah keluhan tidur yang paling sering, dapat bersifat sementara maupun persisten. Periode singkat insomnia paling sering berhubungan dengan kecemasan, baik yang berhubungan dengan pengalaman yang mencemaskan atau dalam menghadapi suatu pengalaman yang menimbulkan kecemasan (misalnya peristiwa kedukaan, atau akan menghadapi persidangan).
Insomnia persisten adalah jenis yang cukup sering, gangguan ini terdiri dari sekelompok kondisi di mana masalah yang paling sering adalah kesulitan untuk jatuh tertidur dan melibatkan dua masalah yaitu ketegangan dan kecemasan dan suatu respon asosiatif yang terbiasakan. Mereka mungkin tidak mengalami kecemasan itu sendiri tetapi selalu mengeluhkannya seolah-olah hal tersebut memang sedang terjadi sehingga mengganggu tidur mereka. Ada pula insomnia yang melibatkan penggunaan obat-obat tertentu atau penyakit organik tertentu yang mengganggu sistem tubuh. Pengobatan untuk kasus-kasus insomnia biasanya dimulai dengan penghilangan kebiasaan (pindah tempat tidur, menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur, dll) jika tidak berhasil dapat diobati dengan obat-obat golongan hipnotik (konsultasi dengan psikiater). Perlu disadari bahwa insomnia merupakan gangguan tidur yang sulit diatasi dan perlu kesabaran dalam terapi.
Hipersomnia bermanifestasi sebagai jumlah tidur yang berlebihan dan mengantuk yang berlebihan di siang hari. Mengantuk berlebihan di siang hari ini harus dibedakan dengan mengantuk karena kelelahan fisik akibat bekerja terlalu keras. Gangguan ini dikenal sebagai narkolepsi dimana pasien tidak dapat menghindari keinginan untuk tidur. Dapat terjadi pada setiap usia tetapi paling sering pada awal remaja atau dewasa muda. Narkolepsi dapat berbahaya karena sering menyebabkan kecelakaan kendaraan bermotor dan industri. Terapi yang dianjurkan adalah memaksakan diri untuk tidur (walau sebentar) di siang hari sampai gejala hilang. Jika tidak sembuh, dapat dibantu dengan obat-obatan (harap konsultasi ke psiakiater).
Parasomnia merupakan fenomena gangguan tidur yang tidak umum dan tidak diinginkan yang tampak secara tiba-tiba selama tidur atau yang terjadi pada ambang antara terjaga dan tidur. Paling sering muncul dalam bentuk mimpi buruk yang ditandai dengan mimpi lama dan menakutkan. Seperti halnya mimpi lainnya, mimpi buruk juga terjadi pada fase REM. Pengobatan spesifik tidak diperlukan, namun pemberian obat-obat yang menekan tidur REM seringkali dapat bermanfaat. Ada juga keadaan yang disebut gangguan teror tidur dimana pasien terjaga dalam pada bagian pertama malam hari selama tidur nonREM yang dalam. Biasanya pasien terduduk di tempat tidur dengan ekspresi ketakutan, berteriak dengan keras, seperti sedang mengalami teror yang kuat.
Gangguan lain adalah gangguan tidur berjalan yang dikenal sebagai somnabulisme dimana pasien seringkali duduk dan melakukan tindakan motorik seperti berjalan, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berbicara bahkan mengemudikan kendaraan. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan dimulai pada usia 4-8 tahun. Pengobatan terdiri dari tindakan mencegah cedera dan pemberian obat tidur.
Insomnia dan Rahasia Tidur Nyaman
Senjata Tidur Nyenyak
Tidur adalah proses yang sangat diperlukan oleh manusia karena dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Seseorang yang mengalami kesulitan untuk tidur dengan nyenyak atau bahkan tidak bisa tidur sama sekali, akan merasa kelelahan dan kesulitan melakukan aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang akan mengupayakan agar dirinya dapat tidur secara optimal.
Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat dilakukan untuk memperoleh tidur yang nyenyak:
-
Mandi air hangat sebelum tidur. Dengan mandi air hangat sebelum tidur, akan membantu merelaksasi tubuh sehingga menurunkan ketegangan otot. Untuk beberapa kondisi, hal ini tidak dianjurkan, seperti pada penderita rheumatic.
-
Pijatan. Pijatan di seluruh tubuh atau pijatan di area rawan pegal seperti pundak dan tengkuk sangat bermanfaat merilekskan otot yang tegang yang berpengaruh pada kondisi otak dan merangsang kantuk.
-
Tidur pada waktu yang tetap setiap harinya. Jadwal tidur/bangun yang tidak teratur dapat menyebabkan insomnia pada beberapa orang.
-
Hindari tidur siang/sore yang berlebihan. Hal ini dapat membuat seseorang terjaga pada malam hari.
-
Menghindari konsumsi akohol menjelang tidur
-
Hindari merokok sebelum tidur
-
Membaca novel ringan
-
Jangan makan berat 2-3 menjelang tidur
-
Tidur di ruangan yang gelap dan tenang
-
Minum segelas susu hangat sebelum tidur
-
Mendengarkan musik. Dalam hal ini tentunya musik soft dan easy listening yang membantu menenangkan pikiran dengan volume rendah.
-
Aturlah lingkungan kamar tidur secara efektif dan efisien, termasuk lamputidur yang memenuhi syarat. Sebab kondisi lingkungan tertentu, seperti suara bising, lampu sangat terang, akan mengganggu konsentrasi tidur.
-
Perhatikan higienitas tidur, seperti cuci muka, cuci kaki, dan kebersihanlainnya. Hal ini akan membuat seseorang merasa nyaman sehingga dapat tidur dengan nyenyak.
-
Mulailah makan ataupun minum secara wajar baik dari kualitas, kuantitas, ataupun waktunya. Hindari makan terlalu kenyang atau terlalu sedikit, karenahal tersebut akan menyebabkan perut merespons secara tidak normal.
-
Hindari mengkonsumsi secara berlebihan sayuran yang mengandung gas, seperti brokoli dan kembang kol. Perut yang penuh dengan gas rupanya dapat membuat kita sulit memejamkan mata di malam hari.
-
Hindari mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan. Makanan pedas tersebut dapat menimbulkan rasa panas dalam perut dan membuat pencernaan terganggu. Hindari juga MSG, karena ternyata dapat memicu mimpi buruk.
-
Hindari mengkonsumsi barang-barang terlarang, semacam minuman keras, narkotika, dan sebagainya. Sebab hal tersebut akan mengganggu fungsi organ tubuh dan persarafan secara normal.
-
Cek ke dokter apabila insomnia berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini sangat penting untuk mendeteksi apakah yang bersangkutan memiliki gangguan penyakit fisik yang berdampak terhadap gangguan tidur. Sebab sebagaimana dikatakan di atas bahwa terdapat penyakit fisik tertentu yang menyebabkan gangguan insomnia. Jika demikian adanya maka pengobatan dilakukan dengan terapi fisik. Kalo gangguan lebih ke arah psikologis maka hadapilah dokter ahli jiwa.
-
Jangan pernah menggunakan obat tidur tanpa anjuran dokter. Jika hal ini dilakukan maka justru insomnia akan tetap resistan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa kalangan terapis justru senantiasa berusaha menghindari penggunaan obat-obatan. Sebab, pemakaian obat tidur seringkali hanya sebagai pereda sementara, sehingga jika habis waktu berlakunya maka yang bersangkutan akan kembali insomnia. Referensi:
Alin. 2008. Mengenali dan melawan insomnia. Available at
http://alinananty.wordpress.com/gangguan-tidur-insomnia
http://www.rileks.com/lifestyle/?act=detail&artid=31102006117783
http://www.medicastore.com/nutracare/isi_calm.php?isi_calm=gangguan_tidur
http://jawaban.com/news/health/detail.php?id_news=080415100607
bY: Kelompok 3 ^_^'
Tidur dan Peranan neurotransmitter
TIDUR FISIOLOGIS Tidur adalah proses yang amat diperlukan oleh manusia untuk terjadinya pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisma dan biokimiawi tubuh. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Hal penting yang terjadi pada saat kita tidur adalah menurunnya frekuensi gelombang otak. Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state. Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu: 1. Tipe Rapid Eye Movement (REM) 2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM) Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa. Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu: 1. Tidur stadium Satu. Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K. 2. Tidur stadium dua Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K. 3. Tidur stadium tiga Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep spindle. 4. Tidur stadium empat Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awall tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut: - NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium 4 : 13% - REM; 25 %. PERANAN NEUROTRANSMITER Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik. • Sistem serotonergik Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadikeadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM. • Sistem Adrenergik Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergic akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga. • Sistem Kholinergik Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan penurunan REM. • Sistem histaminergik Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur. • Sistem hormon Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas menagtur mekanisme tidur dan bangun. Referensi: Japardi, Iskandar. 2002. Gangguan tidur. Available at http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi12.pdf (diakses tanggal 21 April 2008) Prijaksono, Aribowo., Sembel, Roy. 2002. Mengatasai insomnia. Available at http://www.sinarharapan.com/ (diakses tanggal 21 April 2008) bY: kelompok 3..^_^’