Gangguan sulit tidur alias insomnia, ya memang sangat mengganggu. Banyak orang mengatasinya dengan obat-obatan. Padahal upaya itu tidak dianjurkan, karena gangguan ini sebenarnya relatif mudah diatasi. Mengapa kita perlu tidur? Berapa jam idealnya orang dewasa tidur dalam semalam? Bagaimana kiat tidur yang nyaman?
Sudah sebulan Rina mengeluh susah tidur. "Paling-paling saya tidur 1 - 2 jam dalam semalam. Itu pun kerap dihantui mimpi buruk," keluhnya. Padahal setiap hari ia harus bangun pagi dan pergi ke tempat kerja yang jauh dari rumah. Akibatnya, di tempat kerja ia sering mengantuk dan badan terasa lemas.
Ilustrasi by Anton Tanpa berkonsultasi ke dokter, Rina mengambil inisiatif minum obat tidur. Tidurnya memang jadi pulas, tapi ketika bangun badan terasa semakin lemas dan lesu. Dalam sebulan berat badannya turun sampai 3 kg, dan nafsu makannya berkurang. Seorang rekan kerjanya menduga, Rina terserang stres karena dituntut menguasai pekerjaan barunya. Sebagai karyawan baru masa percobaan tiga bulan harus ia jalankan sebaik-baiknya agar bisa diangkat sebagai karyawan tetap.
Cemas atau sakit
Dalam terminologi kedokteran atau psikologi gangguan yang dihadapi Rina bisa digolongkan sebagai insomnia. Tapi penyebabnya sebenarnya sangat beragam. Bisa karena soal sepele, bisa soal besar. Karena itu bila orang terserang insomnia (in = tidak; sommus = tidur), hendaknya diteliti penyebabnya untuk ditangani sesuai penyebabnya.
Menurut dr. W.M. Roan, psikiater dari RS Ongkomulyo, Jakarta, tubuh yang terasa kurang sehat akibat menderita sakit sistemik (sakit tubuh menyeluruh) atau nyeri hebat lokal, membuat penderita akan gelisah tidurnya. Gangguan jiwa, ringan sampai berat pun, acap kali melahirkan insomnia. Itu jenis insomnia sekunder. Kalau penyebabnya faktor psikologis atau depresi dinamai insomnia simpleks.
Untuk mengetahui dengan tepat penyebab insomnia, harus diteliti secara saksama: apakah penderita mengalami insomnia selama beberapa jam, ataukah seluruh malam tidak bisa tidur? Apakah di siang hari ia tidur? Gangguan insomia dapat dilacak dari cara hidup seseorang secara rutin sampai kehidupan malamnya.
Seseorang yang mengeluh sulit tidur pada fase awal tidur malam hari, tambah Roan, dapat dikaitkan dengan gangguan cemas hebat. Bila insomnianya terjadi tengah malam - artinya waktu masuk tidurnya (pukul 21.00 - 22.00) mudah, tapi tengah malam (pukul 24.00 - 02.00) terbangun dan tidak bisa tidur lagi - menurut Roan, gangguan insomnia itu dapat dikaitkan dengan gangguan jiwa atau saraf yang lumayan berat. Bila terbangun di pagi buta (pukul 03.00 - 04.00), kemudian sulit tidur kembali, biasanya itu berkaitan dengan gangguan depresi berat.
Sementara itu menurut Drs. Hartono Hdw., seorang apoteker, ada tiga jenis insomnia, yakni insomnia sementara, insomnia jangka pendek, dan insomnia kronis. Pada insomnia sementara, gangguan tidur hanya beberapa malam saja. Insomnia jangka pendek karena stres mendadak. Yang lebih berat dan lebih sulit diobati adalah insomnia kronis. Selain faktor depresi atau psikologis, bisa juga karena pengaruh minuman keras atau minuman yang banyak mengandung kafein, penyakit, pengaruh penggunaan obat tidur atau penenang dalam jangka lama, obat penurun tekanan darah tinggi golongan betablocker seperti atenolol, nadolol, propanolol, dsb.
Belakangan sulit tidur juga dihubungkan dengan disorientasi waktu. Siklus tidur kacau karena jam biologik tidurnya juga kacau. Orang yang naik pesawat melampaui 6 - 7 zone waktu, biasanya akan mengalami sindrom jet-lag, mengalami gejala penurunan kesiagaan, insomnia, serta kelelahan tubuh. Orang yang mengadakan perjalanan dengan pesawat dari Timur ke Barat, meski lelah namun tidak selelah terbang dari arah sebaliknya. Mungkin tubuh kita harus siaga terus karena penerbangan dari Barat ke Timur banyak siang harinya, sehingga orang harus terus melek sambil menunggu tiba di tempat tujuan. Jet-lag dikatakan dapat ditanggulangi dengan melatonin.
Sementara itu penerbangan dalam satu zone waktu, Jakarta - Bangkok - Beijing misalnya, tidak terasa melelahkan karena tetap berada dalam satu zone waktu, sama seperti kalau kita naik mobil di dalam kota.
Bila penyebabnya faktor psikologis dan setelah lebih dari satu minggu tidak dapat diatasi sendiri, sebaiknya segera dikonsultasikan ke psikolog atau psikiater. Kalau karena penyakit tertentu, secepatnya diperiksakan ke dokter untuk diperiksa dan diobati penyakitnya.
Mengobati sendiri dengan aneka obat penenang seperti Rina tidak dianjurkan. Sebab tindakan itu dikhawatirkan justru bisa berdampak negatif, misalnya jadi kecanduan obat tersebut, pikiran terganggu, pikun, gangguan organ tubuh, dll.
Para ahli gizi memberi saran agar penderita insomnia sehari-hari mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung tembaga (2 mg), zat besi (10 - 15 mg), serta magnesium (400 mg). Namun penderita gangguan jantung atau ginjal sebaiknya berkonsultasi ke dokter lebih dulu.
Otak dan otot saling merangsang
Gangguan insomnia menunjukkan betapa aktivitas tidur itu penting. Sebab, "Semua orang memang perlu tidur (di malam hari) sesuai kebutuhan," komentar Joyse Walsleben, Ph.D., psikolog asal AS. "Kalau tidak, otak akan menyuruh kita tidur di siang hari."
Normalnya, seorang dewasa membutuhkan waktu tidur 7 - 8 jam semalam. Para lansia sering kurang dari itu. Tidak heran, kurang tidur dalam semalam saja terasa kurang segar, apalagi selama sebulan seperti dialami Rina.
Dengan tidur sebenarnya sesorang melakukan pembersihan diri dari "sampah penyebab kelelahan". Mengutip penelitian para ahli kimia, dr. P. Carbone dari AS mengungkapkan, dalam sehari produk "sampah" yang berasal dari seluruh kegiatan otot tubuh - sebagian besar terdiri atas dioksida dan asam laktat - menumpuk dalam darah dan mempunyai efek toksik pada saraf, menyebabkan rasa lelah dan mengantuk. Selama tidur "sampah" ini dimusnahkan, sehingga saat bangun tubuh terasa segar. Namun puncak rasa segar, menurut para ahli tadi, baru dirasakan dua jam sesudahnya.
Dr. Roan menambahkan, rasa kantuk berkaitan erat dengan hipotalamus dalam otak. Dalam keadaan badan segar dan normal, hipotalamus ini bekerja baik sehingga mampu memberi respons normal terhadap perubahan tubuh maupun lingkungannya. Namun, setelah badan lelah usai bekerja keras seharian, ditambah jam rutin tidur serta sesuatu yang bersifat menenangkan di sekelilingnya, seperti suara burung berkicau, angin semilir, kasur dan bantal empuk, udara nyaman, dll., kemampuan merespons tadi berkurang sehingga menyebabkan seseorang mengantuk.
Sebenarnya tidur tidak sekadar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak, khususnya serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang digunakan untuk mengingat, memvisualkan serta membayangkan, menilai dan memberikan alasan sesuatu.
Tes yang pernah dilakukan terhadap beberapa ratus pria yang bersedia menjadi sukarelawan untuk tidak tidur selama berhari-hari menunjukkan, setelah 4 - 8 hari, memang tidak terjadi kemerosotan fisik yang berarti. Namun dalam 24 jam saja tidak tidur, gejala gangguan mental serius sudah terlihat, seperti cepat marah, memori hilang, timbul halusinasi, ilusi, dll. Meski begitu, dengan tidur kembali keesokan harinya semua gangguan itu hilang. Malah ada ahli menyatakan, mendingan orang tidak makan dan minum daripada tidak tidur. Tes laboratorium pada hewan menunjukkan, mereka bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum sampai 20 hari, tapi tidak tidur hanya bertahan tidak lebih dari lima hari.
Sejumlah ahli yang memonitor aktivitas tubuh menuju tidur menambahkan, saat tidur pikiran dan otot-otot kita saling merangsang. Ketegangan otot menyebabkan korteks terus aktif sedangkan ketegangan otak menyebabkan otot terus aktif. Kelelahan akan mengurangi irama kerja otot, demikian juga di kala beristirahat, sehingga semua ini akan menurunkan kegiatan dalam korteks.
Menurunnya aktivitas dalam korteks akan membiarkan otot-otot kita semakin rileks. Begitu rangsangan antara pikiran dan otot menurun, kita akan mengantuk lalu tertidur. Selagi tidur, jantung kita akan berdetak lebih lamban, tekanan darah menurun, dan pembuluh-pembuluh darah melebar. Suhu badan turun sekitar 0,5oF (… ? oC) tetapi perut dan usus tetap bekerja. Sementara tidur, tubuh sekali-kali bergerak. Gerakan sebanyak 20 - 40 kali masih dianggap normal. Terganggu insomnia berarti kerja pikiran dan otot tidak berjalan seiring. Pikiran kita akan sulit tertidur bila otot masih tegang. Sebaliknya, akan sulit bagi otot untuk tertidur jika pikiran masih terjaga, tegang, dsb.
Menurut Roan, dikatakan sehat dan normal bila begitu naik ke atas tempat tidur dengan tatanan rapi, bantal enak dan empuk, kurang lebih selang 30 menit sudah tertidur, bahkan ada orang begitu mencium bantal dalam 3 - 5 menit langsung tertidur.
Gerak bola mata cepat
"Tidur itu ada stadiumnya, tidur dangkal dan tidur dalam," kata Roan. Saat mulai tertidur hingga sekitar 1 - 1,5 jam kemudian, stadium tidur dangkal berubah menjadi dalam. Saat mencapai tidur dangkal kedua kalinya, bola mata tampak bergerak cepat (rapid eye movement sleep = REM Sleep). Ini berlangsung selama 15 - 20 menit, kemudian masuk lagi ke stadium tidur yang lebih dalam. Setelah lewat 1 - 2 jam, timbul kembali tidur REM tahap 2, yang berlangsung 15 - 20 menit. Selama 7 - 8 jam tidur bisa 4 - 5 kali tidur REM.
Tidur REM beberapa kali harus terjadi selama tidur. Kalau tidak, tidur berikutnya akan kacau. Seandainya selama dua minggu selalu terbangun atau dibangunkan dalam stadium tidur REM, dua minggu berikutnya badan menuntut tidur REM lebih banyak atau sering mengantuk. Kalau dalam keadaan normal tidur REM hanya 25% dari seluruh tujuh jam tidur, bila selama dua minggu terganggu, membutuhkan sampai 65%. Tidur REM ini memberikan ciri beberapa gangguan jiwa tertentu. Seseorang yang depresi, tidur REM yang 4 - 5 kali selama 7 jam, bergeser lebih dekat dengan awal tidur. Pada lansia, tidur REM bergeser dekat pagi hari.
Saat tidur terjadi pula perubahan gelombang listrik otak. Kalau dalam keadaan siaga (melek), frekuensi gelombang otaknya tinggi. Dalam keadaan istirahat dan memejamkan mata, otak mengeluarkan gelombang alfa dengan frekuensi 8 - 13 Hz. Menuju stadium tidur lebih dalam, gelombang otak akan memperlambat diri, menjadi 3-7 Hz. Gelombang ini disebut gelombang theta. Selanjutnya, bila tidur sangat dalam, timbul gelombang delta, 1 - 4 Hz. Menurut beberapa peneliti, semakin banyak gelombang kecil per detiknya, semakin lelap dan tenang tidur seseorang. Di kalangan penggemar meditasi, gelombang delta justru dicari karena membawa ketenangan sangat tinggi. Bila terjadi sebaliknya, tidur akan kurang lelap.
Betapapun masalah yang dihadapi seseorang, usahakan untuk mengatasinya sendiri tanpa bantuan obat. Misalnya, untuk membantu mengusir pemicu stres, ambillah selembar kertas, tuliskan masalahnya sebelum naik ke tempat tidur. Kalau Anda membawa pekerjaan kantor ke rumah, singkirkan pekerjaan beberapa jam sebelum jam tidur. Kalau masalah belum teratasi, tenangkan pikiran, bawalah tidur masalah Anda. Keesokan harinya, di kala pikiran lebih terang dan tubuh lebih segar, masalah akan lebih mudah teratasi. Percayalah! (Nanny Selamihardja)
dikutip dari:http://www.indomedia.com/intisari/1997/november/insomnia.htm